Archive for December, 2014
Menjaga amanah
Friday, December 19th, 2014Sejenak Pagi :
Amirul Mukminin, Umar bin Abd. Aziz, berniat istirahat sejenak setelah tenaganya terkuras krn banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah sebelumnya.
Tiba2 datanglah putra beliau yg bernama Abd. Malik yg masih berusia 17 tahun. Dia berkata, “Apa yg ingin Anda lakukan, wahai Amirul Mukminin?”
Umar bin Abd. Aziz, “Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata sejenak krn sdh tdk ada lagi tenaga yg tersisa.”
Abd. Malik, “Apakah Anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang2 yg didzalimi, wahai Amirul Mukminin?”
Umar, “Wahai anakku, aku telah begadang semalaman utk mengurus pemakaman pamanmu, Sulaiman. Nanti, jk telah datang waktu dzuhur, aku akan sholat bersama manusia dan aku akan kembalikan hak orang2 yg didzalimi kpd pemiliknya, insya Allah.”
Abd. Malik, “Siapa yg menjamin bahwa Anda masih hidup hingga datang waktu dzuhur, wahai Amirul Mukminin?”
Kata2 itu telah menggugah semangat Umar. Hilanglah rasa kantuknya. Kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasad yg telah lelah.
Beliau berkata, “Mendekatlah engkau, Nak!” Lalu, beliau merangkul dan mencium keningnya dan berkata, “Mahasuci Alloh yg telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yg dapat membantu melaksanakan agamaku.”
(Copy-paste from WhatssApp Group)
Keutamaan membaca surat al-kahfi
Friday, December 19th, 2014Assalamualaikum…
3 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum’at
Diantara amal yang dianjurkan untuk dikerjakan di malam atau hari Jum’at adalah membaca surat Al Kahfi. Dalam hadits, membaca surat Al Kahfi kadang disebutkan dengan redaksi لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ (malam Jum’at) dan kadang disebutkan يَوْمِ الْجُمْعَةِ (hari Jum’at). Artinya, waktu disunnahkannya membaca surat Al Kahfi dimulai dari tenggelamnya matahari pada hari Kamis hingga sesaat menjelang matahari tenggelam di hari Jum’at. Membaca surat Al Kahfi di rentang waktu itu memiliki keutamaan besar.
Berikut ini 3 diantara keutamaan membaca Surat Al Kahfi di hari Jum’at:
1. Dipancarkan cahaya pada dirinya di hari kiamat kelak, dari kaki hingga ke langit
مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya hingga baitul Atiq.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dishahihkan Al-Albani)
2. Diampuni dosanya antara dua Jum’at
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (Hadits riwayat Ibnu Umar dalam at-Targhib wa al- Tarhib)
3. Diselamatkan dari fitnah Dajjal
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa hafal sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim)
مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْكَهْفِ لَمْ يَخَفِ الدَّجَّالَ
“Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR. Darimi)
Demikian 3 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jum’at, semoga semakin memotivasi kita.
(Copy-paste from WhatssApp Group)
Manfaat membaca alqur’an
Thursday, December 18th, 2014Bismillahirrohmaanirrohiim
Manfaat membaca Al Qur’an setelah subuh dan maghrib
Menurut hasil penelitian ternyata membaca Al Qur’an sehabis maghrib dan sesudah subuh itu dapat meningkatkan kecerdasan otak sampai 80 % , karena di sana ada pergantian dari siang ke malam dan dari malam ke siang hari di samping itu ada tiga aktifitas sekaligus, membaca , melihat dan mendengar.
“Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya:
✔ menyedikitkan makan,
✔ membiasakan melaksanakan ibadah salat malam,
✔ dan membaca Al Qur’an sambil melihat kepada mushaf”. Selanjutnya ia berkata,… “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al Qur’an”.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan :
• Fisiologis yang sangat besar
• Penurunan depresi, kesedihan,
• Memperoleh ketenangan jiwa,
• Menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang- orang yang menjadi objek penelitiannya.
Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan smpai 97% bagi mereka yang mndengarkannya.
Mari kt mulai luangkn waktu beberapa menit dr 24 jam di hari kt.Smg_bermanfaat buat kita semua bersama keluarga kita. Smg kita kelak menjadi penghuni Surga, Aamiin Ya Rabb
“Baca Qur’an itu sejuknya disini
Copy-paste from WhatssApp Group
Salah satu pandangan tentang salafi wahabi
Thursday, December 18th, 2014Kesesatan Salafi Wahabi Dibalik Slogan “Kembali Kepada al-Qur’an dan Sunnah”
TERPILIH
Kaum Salafi Wahabi sangat terkenal memiliki yel-yel: “Kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah”. Mereka mengajak umat untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Kita muslimin semua tahu kenapa demikian? Karena, sebagai muslim sangat meyakini 100% tentunya bahwa al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang utama yang diwariskan oleh Rasulullah Saw, sehingga siapa saja yang menjadikan keduanya sebagai pedoman, maka ia telah berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan berarti ia selamat dari kesesatan. Bukankah Rasulullah Saw. menyuruh yang sedemikian itu kepada umatnya?
Sampai di sini, anda yang merasa terpelajar mungkin bertanya-tanya dalam hati, “Bagaimana Ibnu Taimiyah atau Muhammad bin Abdul Wahab yang menyerukan ‘kebenaran yang edeal’ berdasar al Qur’an dan al Sunnah masih dianggap sesat oleh para ulama di zamannya? Mengapa pula paham Salafi Wahabi di zaman sekarang yang merujuk semua ajarannya kepada al-Qur’an dan Sunnah juga dianggap menyimpang bahkan divonis sesat oleh para Ulama?
Mari kita perhatikan permasalahan ini secara komprehensif, agar terlihat “sumber masalah” yang ada pada sikap yang terlihat sangat bagus dan ideal tersebut.
1. Prinsip “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” adalah benar secara teoritis, dan sangat ideal bagi setiap orang yang mengaku beragama Islam. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, apa yang benar secara teoritis belum tentu benar secara praktis, menimbang kapasitas dan kapabilitas (kemampuan) tiap orang dalam memahami al-Qur’an & Sunnah sangat berbeda-beda. Maka bisa dipastikan, kesimpulan pemahaman terhadap al-Qur’an atau Sunnah yang dihasilkan oleh seorang ‘alim yang menguasai Bahasa Arab dan segala ilmu yang menyangkut perangkat penafsiran atau ijtihad, akan jauh berbeda dengan kesimpulan pemahaman yang dihasilkan oleh orang awam yang mengandalkan buku-buku “terjemah” al-Qur’an atau Sunnah.
Itulah kenapa di zaman ini banyak sekali bermunculan aliran sesat. Jawabnya tentu karena masing- masing mereka berusaha kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah, dan mereka berupaya mengkajinya dengan kemampuan dan kapasitasnya sendiri. Bisa dibayangkan dan telah terbukti hasilnya, kesesatan yang dihasilkan oleh Yusman Roy (mantan petinju yang merintis sholatdengan bacaan yang diterjemah), Ahmad Mushadeq (mantan pengurus PBSI yang pernah mengaku nabi), Lia Eden (mantan perangkai bunga kering yang mengaku mendapat wahyu dari Jibril), Agus Imam Sholihin (orang awam yang mengaku tuhan), dan banyak lagi yang lainnya. Dan kesesatan mereka itu lahir dari sebab “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah”, mereka merasa benar dengan caranya sendiri. Pada kaum Salafi & Wahabi, kesalahpahaman terhadap al- Qur’an dan Sunnah itu pun banyak terjadi, bahkan di kalangan mereka sendiri pun terjadi perbedaan pemahaman terhadap dalil. Dan yang terbesar adalah kesalahpahaman mereka terhadap dalil-dalil tentang bid’ah.
2. Al-Qur’an dan Sunnah sudah dibahas dan dikaji oleh para ulama terdahulu yang memiliki keahlian yang sangat mumpuni untuk melakukan hal itu, sebut saja: Ulama mazhab yang empat, para mufassiriin (ulama tafsir), muhadditsiin (ulama hadis), fuqahaa’ (ulama fiqih), ulama aqidah ahus-sunnah wal- Jama’ah, dan mutashawwifiin (ulama tasawuf/ akhlaq). Hasilnya, telah ditulis beribu-ribu jilid kitab dalam rangka menjelaskan kandungan al-Qur’an dan Sunnah secara gamblang dan terperinci, sebagai wujud kasih sayang mereka terhadap umat yang hidup dikemudian hari. Karya-karya besar itu merupakan pemahaman para ulama yang disebut di dalam al-Qur’an sebagai “ahludz- dzikr”, yang kemudian disampaikan kepada umat Islam secara turun-temurun dari generasi ke generasi secara berantai sampai saat ini.
Adalah sebuah keteledoran besar jika upaya orang belakangan dalam memahami Islam dengan cara “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah” dilakukan tanpa merujuk pemahaman para ulama tersebut. Itulah yang dibudayakan oleh sebagian kaum Salafi Wahabi. Dan yang menjadi pangkal penyimpangan paham Salafi Wahabi sesungguhnya, adalah karena mereka memutus mata rantai amanah keilmuan mayoritas ulama dengan membatasi keabsahan sumber rujukan agama hanya sampai pada ulama salaf (yang hidup sampai abad ke-3 Hijriah), hal ini seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah (hidup di abadke-8 H.) dan para pengikutnya. Bayangkan, berapa banyak ulama yang dicampakkan dan berapa banyak kitab-kitab yang dianggap sampahyang ada di antara abad ke-3 hingga abad ke-8 hijriyah.
Lebih parahnya lagi, dengan rantai yang terputus jauh, Ibnu Taimiyah dan kaum Salafi Wahabi pengikutnya seolah memproklamirkan diri sebagai pembawa ajaran ulama salaf yang murni, padahal yang mereka sampaikan hanyalah pemahaman mereka sendiri setelah merujuk langsung pendapat-pendap at ulama salaf. Bukankah yang lebih mengerti tentang pendapat ulama salaf adalah murid-murid mereka? Dan bukankah para murid ulama salaf itu kemudian menyampaikannya kepada murid- murid mereka lagi, dan hal itu terus berlanjut secara turun temurun dari generasi ke generasi baik lisan maupun tulisan? Bijaksanakah Ibnu Taimiyah dan pengikutnya ketika pemahaman agama dari ulama salaf yang sudah terpelihara dari abad ke abad itu tiba di hadapan mereka di abad mana mereka hidup, lalu mereka campakkan sebagai tanda tidak percaya, dan mereka lebih memilih untuk memahaminya langsung dari para ulama salaf tersebut? Sungguh, ini bukan saja tidak bijaksana, tetapi juga keteledoran besar, bila tidakingin disebut kebodohan. Jadi kaum Salafi Wahabibukan Cuma menggaungkan motto “kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” secara langsung, tetapi juga “kembali kepada pendapat para ulama salaf” secara langsung dengan cara dan pemahaman sendiri.
Mereka bagaikan orang yang ingin menghitung buah di atas pohon yang rindang tanpa memanjat, dan bagaikan orang yang mengamati matahari atau bulan dari bayangannya di permukaan air.
3. Para ulama telah menghidangkan penjelasan tentang al-Qur’an dan Sunnah di dalam kitab-kitab mereka kepada umat sebagai sebuah “hasiljadi”. Para ulama itu bukan saja telah memberi kemudahan kepada umat untuk dapat memahami agama dengan baik tanpa proses pengkajian atau penelitan yang rumit, tetapi juga telah menyediakan jalan keselamatan bagi umat agar terhindar dari pemahaman yang keliru terhadap al-Qur’an dan Sunnah yang sangat mungkin terjadi jika mereka lakukan pengkajian tanpa bekal yang mumpuni seperti yang dimiliki para ulama tersebut. Boleh dibilang, kemampuan yang dimiliki para ulama itu tak mungkin lagi bisa dicapai oleh orang setelahnya, terlebih di zaman ini, menimbang masa hidup mereka yang masih dekat dengan masa hidup Rasulullah Saw & para Shahabat yang tidak mungkin terulang, belum lagi keunggulan hafalan, penguasaan berbagai bidang ilmu, lingkungan yang shaleh, wara’ (kehati-hatian) , keikhlasan, keberkahan, dan lain sebagainya.
Pendek kata, para ulama seakan- akan telah menghidangkan “makanan siap saji” yang siap disantap oleh umat tanpa repot- repot meracik atau memasaknya terlebih dahulu, sebab para ulama tahu bahwa kemampuan meracik atau memasak itu tidak dimiliki setiap orang. Saat kaum Salafi & Wahabi mengajak umat untuk tidakmenikmati hidangan para ulama, dan mengalihkan mereka untuk langsung merujuk kepada al- Qur’an dan Sunnah dengan dalih pemurnian agama dari pencemaran “pendapat”manusia (ulama) yang tidak memiliki otoritas untuk menetapkan syari’at, berarti sama saja dengan menyuruh orang lapar untuk membuang hidangan yang siap disantapnya, lalu menyuruhnya menanam padi. Seandainya tidak demikian, mereka mengelabui umat dengan cara menyembunyikan figur ulama mayoritas yang mereka anggap telah “mencemarkan agama”, lalu menampilkan dan mempromosikan segelintir sosok ulama Salafi Wahabi beserta karya-karya mereka serta mengarahkan umat agar hanya mengambil pemahaman al-Qur’an dan Sunnah dari mereka saja dengan slogan “pemurnian agama”.
Sesungguhnya, “pencemaran” yang dilakukan para ulama yang shaleh dan ikhlas itu adalah upaya yang luar biasa untuk melindungi umat dari kesesatan, sedangkan “pemurnian” yang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi adalah penodaan terhadap ijtihad para ulama dan pencemaran terhadap al-Qur’an dan Sunnah. Dan pencemaran terbesar yang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi terhadap al-Qur’an dan Sunnah adalah saat mereka mengharamkan begitu banyak perkara yang tidak diharamkan oleh al-Qur’an dan Sunnah; saat mereka menyebutkan secara terperinci amalan-amalan yang mereka vonis sebagai bid’ah sesat atas nama Allah dan Rasulullah Saw., padahal Allah tidak pernah menyebutkannya di dalam al-Qur’an dan Rasulullah Saw. tidak pernah menyatakannya di dalam Sunnah (hadis)nya.
Dari uraian di atas, nyatalah bahwa orang yang “kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” itu belum tentu dapat dianggap benar, dan bahwa para ulama yang telah menulis ribuan jilid kitab tidak mengutarakan pendapat menurut hawa nafsu mereka. Amat ironis bila karya-karya para ulama yang jelas-jelas lebih mengerti tentang al-Qur’an dan Sunnah itu dituduh oleh kaum Salafi Wahabi sebagai kumpulan pendapat manusia yang tidak berdasar pada dalil, sementara kaum Salafi Wahabi sendiri yang jelas-jelas hanya memahami dalil secara harfiyah (tekstual) dengan sombongnya menyatakan diri sebagai orang yang paling sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Wallahu a’lam
Copy-paste from WhatssApp Group
Mendidik anak hafal Alqur’an
Thursday, December 18th, 2014Kisah Seorang Penghafal Al-Qur’an
Kisah ini disampaikan oleh seorang pengajar Alqur’an al Karim di salah satu masjid di Makkah al Mukaramah. Ia berkata,”telah datang padaku seorang anak yang ingin mendaftarkan diri dalam halaqah”. Maka aku bertanya kepadanya,”Apakah engkau hafal sebagian dari Alqur’an?”. Ia berkata,”Ya”. Aku berkata kepadanya, ”Bacakan dari juz ‘amma!” Maka kemudian ia membacanya. Aku bertanya lagi ,”apakah kamu hafal surat tabaarak (al Mulk)?” Ia menjawab,”Ya”. Aku pun takjub dengan hafalannya di usia yang masih dini.
Aku bertanya kepadanya tentang surat An Nahl. Ternyata ia hafal juga, maka semakin bertambah kekagumanku atasnya.
Kemudian aku ingin mengujinya dengan surat-surat panjang, aku bertanya,”Apakah engkau hafal surat Albaqarah. Ia menjawab,”Ya”. Dan ia membaca surat tersebut tanpa salah sedikitpun. Kemudian aku berkata,”Wahai anakku, apakah kamu hafal alQur’an?” ia menjawab,”ya”.
Subhanallah, dan apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi! Aku memintanya untuk datang esok hari bersama dengan orang tuanya, sedangkan aku sungguh benar-benar takjub. Bagaimana mungkin bapaknya melakukan hal tersebut?!
Suatu kejutan besar ketika bapak anak tersebut hadir. Aku melihat penampilannya tidak menunjukkan orang yang komitmen kepada assunnah. Segera ia berkata kepadaku,”Saya tahu anda heran kalau saya adalah ayahnya, tapi saya akan menghilangkan rasa keheranan Anda. Sesungguhnya dibelakang anak ini ada seorang wanita yang setara dengan seribu laki-laki. Aku beritahukan kepada Anda, bahwa aku dirumah memiliki tiga anak yang semuanya hafal Alqur’an. Dan anakku yang paling kecil, gadis berusia 4 tahun, sudah hafal juz ‘amma”.
Aku kaget dan bertanya,”Bagaimana bisa seperti itu?!”
Ia mengatakan bahwa ibu mereka ketika mereka mulai bias berbicara pada usia bayi, maka ia memulainya dengan menghafalkan alQur’an dan memotivasi mereka untuk itu. Siapa yang menghafal pertama kali, maka dialah yang berhak memilih menu untuk makan malam hari itu. Siapa yang melakukan murajdah (setor hafalan) pertama kali, dialah yang berhak meilih kemana kami akan pergi mengisi liburan mingguan. Dan siapa yang mengkhatamkan pertama kali, maka dialah yang berhak menentukan kemana kami harus mengisi liburan.
Seperti inilah istriku menciptakan suasana kompetisi (persaingan) dalam menghafal dan melakukan muraja’ah.
Ketika merenungkan dan memikirkan kisah yang penuh pelajaran ini, kami mendapati bahwa seorang wanita shalihah yang senantiasa memperhatikan kebaikan rumah tangganya, maka dialah wanita yang Nabi Sahalallahu’alaihi wassalam berwasiat pada kaum laki-laki untuk memilih sebagai pasangan hidup. Meninggalkan orientasi harta, kecantikan dan kedudukan.
Maka benarlah ketiika Rasulullah Sahalallahu’alaihi wassalam bersabda, “seorang wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya. Maka carilah agamanya niscaya kamu beruntung.” (hadits riwayat Bukhari)
Nabi Sahalallahu’alaihi wassalam bersabda, “dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah” (hadits riwayat Muslim)
Selamat atasnya (ibu anak tersebut) yang telah menjamin masa depan anak-anaknya dengan menjadikan alQur’an sebagai pemberi syafaat kepada mereka kelak di hari kiamat.
Nabi Sahalallahu’alaihi wassalam bersabda,”Akan dikatakan kepada orang yang hafal alQur’an pada hari kiamat, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dalam kehidupan dunia, karena sesungguhnya tempat kembalimu dalam kehidupan akhir adalah sesuai dengan ayat yang dahulu engkau baca” (hadits riwayat Ibnu Hibban)
Maka bayangkanlah sekarang datangnya hari-hari itu, ketika ibu itu berdiri di padang mahsyar. Ia akan melihat anak-anaknya terus naik dan naik dihadapannya, dan tiba-tiba mereka berada di tempat yang paling tinggi. Kemudian dibawakan kepadanya mahkota al waqaar (kemuliaan) yang diletakkan di atas kepalanya.
Apa yang akan dilakukan anak-anak kita jika dikatakan kepada mereka,”Bacalah!”
Maka kemanakah (hafalan) mereka akan sampai?
Apakah akan diletakkan di atas kepala kita sebuah mahkota?
Jika didatangkan timbangan amal, maka berapa banyak lagu-lagu yang mereka hafalkan?
Berapa banyak gambar-gambar porno yang ada dalam HP mereka?
Berapa banyak Bluetooth dengan materi menjijikkan?
Semua ini akan menjadi modal dalam timbangan amal kedua orang tua mereka.
Rasulullah Sahalallahu’alaihi wassalam bersabda, ”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang pemimpin atas manusia adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan anaknya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Dan seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah bahwa setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”. (hadits riwayat Bukhari)
Tidaklah Allah mengaruniakan kepada kita keturunan agar kita memperbanyak orang-orang yang bermaksiat kepadaNya. Akan tetapi agar mereka bersyukur dan ingat, apakah anak kita termasuk dari kalangan mereka?
Wahai setiap ibu, wahai saudariku semua!
Mulailah dengan mendidik dan memperbaiki anak-anak kalian. Jadikanlah huruf dan ayat-ayat alQur’an sebagai pemberat timbangan amal kalian dan saksi bagi kalian pada hari perhitungan. Hari dimana alQur’an menempati tempat yang tinggi .
Tentunya risalah ini juga untuk para bapak.
Bayangkan wahai para bapak, jika anda menjadikan anak anda hafal alQur’an. Setiap kali ia membaca satu huruf, anda akan mendapatkan pahala setiap huruf yang ia baca dari alQur’an dalam hidupnya. Maka jadilah anda dengan menjaga anak anda untuk menghafalnya dengan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.
Sumber : Qiblati edisi 6 tahun 6.
Mengajak kebaikan secara santun
Thursday, December 18th, 2014–INILAH SURAT UMAR BIN KHOTOB YG
MEMBUAT SEORAN PEMABUK BERTOBAT–
Menjadi orang kedua setelah Abu Bakar ash-
Shiddiq, Umar bin Khaththab memiliki
kedudukan yang khusus dalam diri Rasulullah
Saw. Meski terkenal dengan kekerasan
sikapnya, amat banyak perkataan atau usulnya
yang justru bersesuaian dengan firman Allah
Ta’alaa.
Umar masuk Islam lantaran doa Rasulullah
Saw.
Seperti ketika ia memusuhi Islam di garis
terdepan, setelah memeluk agama Allah Swt
ini beliau menjadi sosok yang terdepan pula
dalam menegakkan dan membelanya. Bahkan,
ketika sahabat yang lain bersembunyi dalam
peristiwa hijrah menuju Madinah, Umar justru
menghunuskan pedang dan menantang siapa
saja yang hendak menghalanginya.
Sepeninggal Rasulullah Saw, kemudian beliau
menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai
Amirul Mukminin, pesona kepribadian Umar
makin bercahaya dan hingga kini belum
ditemukan pesaingnya.
Terkisahlah ketika itu seorang prajurit dari
Syam yang gagah dalam perang. Namun,
prajurit ini memiliki kebiasaan buruk, hingga
sampailah kabarnya kepada Umar bin
Khaththab.
Beliau bertanya, “Apa yang dikerjakan si Fulan
ini?” Mereka menjawab, ”Ia kerap minum-
minuman keras, wahai Amirul Mukminin.”
Betapa terkejutnya Amirul Mukminin
mendengar laporan tersebut. Karenanya,
beliau memanggil sekretarisnya. Umar pun
memerintahkannya untuk menulis sepucuk
surat yang ditujukan untuk salah satu
prajuritnya yang pemabuk itu.
Surat itu berbunyi:
Dari Umar bin Khaththab kepada Fulan bin
Fulan.
Salam atas kamu.
Aku memuji-Mu, ya Allah, Yang tidak ada
Tuhan selain Dia, Pengampun dosa, Penerima
tobat, sangat keras siksa-Nya. Tidak ada
Tuhan selain Dia. Kepada-Nyalah tempat
kembali.
Selain menulis surat, Umar juga berpesan
kepada sahabat-sahabat si Fulan, “Berdoalah
untuk saudara kalian, agar hatinya dibuka
sehingga ia bertobat.”
Maka sampailah surat tersebut kepada si
prajurit. Seraya takjub, ia membaca surat itu
berulang kali. Dalam perenungannya bersebab
surat itu, ia pun berkata kepada dirinya
sendiri, “Pengampun dosa, Penerima tobat,
sangat keras siska-Nya. Sungguh, Dia (Allah
swt) telah memperingatkanku akan siksa dan
Dia menjanjikan akan mengampuniku.”
Ia terus membacanya hingga menangis.
Qadarullah, ia pun meninggalkan perbuatan.
Ia bertobat.
Saat berita tobatnya sampai kepada Umar,
beliau berkata, ”Jika kalian melihat saudaramu
dalam kejelekkan, maka luruskanlah dan
doakanlah untuknya. Janganlah kalian menjadi
pembantu setan.”
Yang dimaksud dengan “pembantu setan”
adalah mencaci maki, menghina, mencemooh
dan perbuatan buruk yang dialamatkan kepada
orang-orang yang tengah bergelimang dalam
maksiat dan dosa.
Karena mereka butuh dakwah, bukan
penghakiman.
Copy-paste from WhatssApp Group
Akhlak mulia
Thursday, December 18th, 2014Milikilah Akhlak Yang Baik
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia menghormati tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah mengatakan yang baik atau hendaklah dia diam saja” (HR Bukhari Muslim)
Sahabat, akhlak yg baik merupakan salah satu cermin keimanan serta ketaqwaan seorang muslim. Tidaklah seorang muslim dikatakan beriman dan bertaqwa apabila perangainya buruk, perkataannya kasar dan kotor, serta perasaannya penuh keburukan.
Dalam hadits diatas, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yg isinya mengedepankan akhlak. Tidak mungkin seseorang yg ahli sholat, namun dia tidak menghormati tamunya. Tidak mungkin seseorang ahli shaum, namun dia menyakiti tetangganya. Dan tidak mungkin seseorang ahli sedekah, namun dia sering berkata yg buruk.
Sehingga betapa sia-sianya segala amal ibadah dzohir yg kita lakukan jika tanpa diiringi dengan akhlak yg baik. Hanya akan menimbulkan fitnah, “Tuh sering sholat, ngaji, puasa senin kamis, tapi kelakuan gak beda jauh sama preman”.
Maka milikilah akhlak yg baik, teruslah diperbaiki dan diperbaharui, karena akhlak tak ubahnya pakaian yg bisa usang. Wallahu a’lam bishowab
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka”. (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan Hakim)
“Yaa Allah, tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya selain Engkau. Yaa Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang tidak baik, karena tidam ada yang mampu menjauhkannya dariku selain Engkau” (HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)
Copy-paste from WhatssApp Group
Install Driver IBM 9068 A03 di windows 7
Friday, December 12th, 2014menggunakan port sertial to usb
Setting printernya dulu
tekan “start 1” nyalakan printer sampai keluar tulisan “00′
ubah tulisan menjadi “23” untuk mengganti communication type
start1=digit kedua
start2=digit pertama
reject off=ganti nomor
tekan start 2 untuk save (memory)
akan keluar angka, ubah menjadi “2” port paralel
ubah jadi “2f” (save settiing to memory) untuk
save tekan start 2, y , tekan start2 lagi sampai bunyi beep
matikan printer, nyalakan lagi
setting di pc
add printer – usb-general-ibm pin 9- save