KEUTAMAAN DAN KIAT MENUNTUT ILMU

Tips Menuntut Ilmu ala Ulama Salaf

Bukanlah suatu kebetulan para ulama salaf (terdahulu) seperti Imam Syafi’i memiliki ilmu yang luas serta karya yang begitu mendalam. Kitab Al-Umm yang merupakan kumpulan fiqih hasil pemikiran Imam Syafi’i, sampai sekarang masih menjadi rujukan utama para ulama. Tidak kalah hebat, murid Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal, membuat kitab Al-Musnad, yang di dalamnya memuat lebih dari 27 ribu hadits. Lantas, apakah rahasia para ulama salaf ini dalam menuntut ilmu?

Rahasia 1 : Jauhi Maksiat

Dikisahkan ketika Imam Syafi’i mendatangi Imam Malik dan membaca kitab al-Muwaththa kepadanya dengan hafalan yang membuatnya kagum dan kemudian Imam Syafi’i menyertainya terus, Imam Malik berkata kepadanya, “Wahai Muhammad, bertaqwalah kepada Allah dan jauhilah perbuatan maksiat, karena sesungguhnya engkau akan memiliki sesuatu yang sangat penting.”

Namun demikian, ternyata sautu ketika Imam Syafi’i mengalami kesulitan dalam menghapal. Hal itu tidak biasanya, sebab ia terkenal sebagai jenius yang hapalannya luar biasa. Maka ia pun mengadu kepada gurunya yang bernama Waki’. Imam Syafi’i berkisah ; “Aku mengadukan buruknya hapalanku kepada Waki’ Maka ia berikan petunjuk kepadaku untuk meninggalkan maksiat. Dan memberitahukan kepadaku bahwa ilmu itu cahaya Dan cahaya Allah tak akan diberikan kepada yang melakukan maksiat”

Rahasia 2 : Hindari Kekenyangan

Imam Syafi’I berkata, “Aku tidak pernah kenyang sejak berusia 16 tahun, karena kenyang itu memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, mendatangkan tidur, dan melemahkan dari ibadah.”

Imam Abu Hatim Ar-Razi Rahimahullah juga bercerita : “Kami berada di Mesir selama tujuh bulan dan tidak pernah merasakan kuah makanan” Semua itu sebab karena sibuk untuk belajar sehingga tidak ada waktu untuk memasak makanan yang berkuah. Siang hari mereka berkeliling ke para Masyaikh (guru), sedangkan malah hari mereka gunakan untuk menulis dan mengoreksi catatan.

Imam Abu Hatim melanjutkan ceritnya ; “Suatu hari, saya bersama seorang teman mendatangi salah seorang Syaikh. Dikabarkankepada kami bahwa beliau sedang sakit. Kami pulang melewatisebuah pasardan tertarik pada ikan yang sedang dijual. Kami membelinya.Setelah sampai dirumah, ternyata waktu kajian untuk Syaikh yang lain sudah tiba. Maka kamipun segera pergi ke sana. Lebih dari tiga hari ikan tersebut belum sempat dimasak karena kesibukan menuntut ilmu, hingga hampir busuk. Kami memakannya mentah – mentah karena tidak punya waktu untuk menggorengnya. “Ilmu itu tidak akan bisa diraih dengan badan yang santai.”

Rahasia 3 : Menghormati Guru

Imam Asy-Syafi’i berkata, “Aku senantiasa membuka kertas kitab di hadapan Malik dengan lembut agar ia tidak mendengarnya, karena hormat kepada beliau.” Bahkan Ar-Rabi’, sahabat asy-Syafi’i sekaligus muridnya, mengatakan, “Aku tidak berani minum air sedangkan Asy-Syafi’i melihatku, karena menghormatinya.”

Lain lagi kisah Imam An-Nawawi, suatu hari ia dipanggil oleh gurunya, Al-Kamal Al-Irbili, untuk makan bersamanya. Maka ia mengatakan, “Wahai Tuanku, maafkan aku. Aku tidak dapat memenuhinya, karena aku mempunyai uzur syar’i.” Dan ia pun meninggalkannya. Kemudian seorang kawannya bertanya kepadanya, ‘Uzur apa itu?’ Ia menjawab, ‘Aku takut bila guruku lebih dahulu memandang suatu suapan tetapi aku yang memakannya sedangkan aku tidak menyadarinya.’

Sungguh jarang ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi oleh para pelajar muslim sekarang ini. Betapa hal mubah seperti menonton acara televisi, pergi ke pusat perbelanjaan, dan bermain game sudah menjadi aktivitas sehari-hari. Padahal dalam suatu hadits dikatakan bahwa “Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bergun baginya”. Semoga para ulama salaf ini dapat menjadi role model bagi para pelajar muslim sehingga mereka dapat melampaui para pendahulunya (WA)